Senin, 12 September 2011

Mokal (MengOlah aKal)

sehat badan, sehat pikiran?
hidup itu susah atau senang?
bagaimana mengakali masalah-masalah dalam hidup?

Ketiga pertanyaan di atas disampaikan pak RMT, dosen filsafat ilmu, sebagai opening di kelas kami sore hari itu. Ah, jangan bertanya apa singkatan dari nama beliau, karna saya juga gak tau, belom tau tepatnya. Maklumlah baru dua minggu di Unpad.  Tapi, yang jelas beliau selalu menganalogikan singkatan namanya sebagai rumit. Jadi, RMT untuk 'rumit'. Dan yah, itu emang pas banget.

Untuk pertanyaan pertama, apakah sehat badan juga berarti sehat pikiran?
Kalo pak RMT beranggapan bahwa, orang yang punya fisik yang fit dan fresh otomatis akan menciptakan suatu kondisi pikiran yang segar juga. Tapi, dosen pendamping, pak Gilang, berkata bahwa justru dari pikiranlah ditentukan badan kita ini bisa sakit atau sehat. Ya, saya sepakat dengan pak Gilang.
Menurut saya, pikiran adalah kekuatan yang sangat besar. Alat kendali yang sangat hebat. Organ-organ tubuh kita tak akan bergerak kalau otak kita belom memproses perintah untuk menggerakkannya. Bahkan, pada beberapa orang, kekuatan pikiran menjadi suatu daya optional yang menakjubkan. Mereka dapat memindahkan barang dengan memfokuskan otak untuk melakukan perintah terhadap barang tersebut. Mungkin itu yang sering disebut kekuatan pikiran.
Coba perhatikan tubuh anda sendiri. Jika suasana hati anda sedang baik, pikiran anda terus  mengalirkan emosi-emosi positif dalam tubuh anda. Hasilnya, langkah kaki anda terasa lebih ringan dan senyum anda terukir cerah. hari pun dilalui dengan penuh semangat, kan?
Tapi, bandingkan dengan saat anda sedang badmood. Suasana hati yang buruk tanpa sadar membentuk temperamen anda. Anda jadi mudah marah, gampang sekali tersinggung, dan jangankan ngobrol santai, senyum aja males rasanya. hasilnya anda jadi gak semangat buat melakukan aktifitas.
Dari situ bisa saya simpulkan, bahwa pembentuk utama tubuh kita fit atau merasa fit adalah kekuatan pikiran kita. pikiran yang sakit pasti menyebabkan tubuh sakit juga, tapi tubuh yang sakit belom tentu memiliki pikiran yang sakit :)

Lanjut ke pertanyaan kedua, hidup itu senang atau susah sih?
Tergantung. Ini mungkin bener-bener jawaban yang klise ya, tapi ya itulah yang memang terjadi. Bukannya hidup ini memang klise yah?
Lagi-lagi berkaitan dengan kekuatan pikiran itu sendiri. Cara pandang anda mengenai hidup sangat menentukan bagaimana dinamika hidup anda. senangkah, sedihkah, atau datar-datar aja?
"Persepsi" yang kita bentuk dalam pikiran, tanpa sadar mengontrol langkah yang kita ambil dalam menyikapi hidup.
Cara kita menghadapi suatu masalah, kemudian juga cara kita menyelesaikan masalah itu. Contoh yang paling dekat dengan kehidupan saya (sebagai remaja) adalah fenomena patah hati. Seorang cewek (mengapa cewek? karena saya cewek) yang patah hati cenderung memiliki emosi yang lebih dalam dari pada seorang cowok yang patah hati (menurut pengalaman dari temen-temen). Cewek tidak gampang melupakan setiap kenangan dalam hubungannya, dan akan lebih lama dirundung tangis kesedihan. Terkadang beberapa cewek menjadi sangat melankolis, yang di beberapa aspek sangat merugikan cewek sebetulnya. Nangis sehari semalaman sampe mata bengkak, sampe lupa makan, sampe gak bergairah buat kuliah, kerja, dan sebagainya. Bener-bener kaya mayat hiduplah. Dan bener-bener menghilangkan aura kecantikan si cewek itu sendiri. Biasanya perilaku-perilaku demikian disebabkan oleh adanya pikiran yang merasa dirinya paling malang sedunia, dia merasa dunianya hancur bebarengan dengan putusnya hubungan dengan si doi, dll. Padahal kenyataannya kan gak begitu.
Lagi-lagi semuanya dibentuk oleh pikiran. Kalo dari awal kita udah berpikiran, wah gue gak bakal semangat kuliah lagi gara-gara diputusin dia!, maka itulah yang akan terjadi. Tapi coba kalo kita berusaha ngebentuk pikiran positif dari patah hati seperti, mungkin emang saatnya gue fokus kuliah, toh masih banyak cowok baik lain, jodoh gak akan lari!, akan beda cerita hidupnya kan?
So, be positive lah. Cause your world's on your own hand :))

Terakhir pertanyaan ketiga, gimana sih mengakali masalah-masalah dalam hidup kita?
Sebenernya sesuatu hal jadi masalah atau enggak itu kan kita sendiri yang menentukan. Tapi emang ada sih hal-hal universal yang jadi masalah bagi semua pihak, seperti bencana alam atau dajjal mungkin? lol :D
Masalah bagi si A belom tentu menjadi masalah bagi si B. Itu yang saya maksud dengan, masalah itu kita sendiri yang menjadikannya. Namun okelah, kalo kita tetep keukeuh nganggep itu masalah, gimana sih cara ngatasinnya?
Nah, di sinilah kita dibedakan oleh Allah dengan makhluk hidup lainnya, seperti binatang atau tumbuhan, punya akal! Dengan akal yang kita punya dan pendidikan yang kita peroleh selama ini, kita bisa menemukan solusi setiap masalah kita ASAL kita olah otak kita. Otak itu ibarat pisau, makin diasah makin tajam kan? Jadi, kalo otak kita yang super ini gak dipake, jadi tumpul dong. Gak ada bedanya sama makhluk yang gak berakal. *uups :p

Mengolah akal (mokal) berguna untuk mengantisipasi setiap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Otak kita juga dituntut kritis terhadap perkembangan dalam hidup. Kenapa sih matahari terbitnya gak dari barat aja? Kenapa kalo Amerika agresi gak ada yang ngambil tindakan real buat mencegahnya? Dan sejuta pertanyaan lain seperti :
Kenapa Amerika bisa sangat leluasa menjarah emas dan minyak di negara lain, termasuk tanah air kita?
Kenapa cuman negara-negara berteknologi nano yang bisa menyedot SDA dan energi yang ada di bumi?
Lalu, saat semua orang di muka bumi ini percaya bahwa di tata surya kita ada 9 planet, tiba-tiba ada pihak yang mengkritisi bahwa sebenarnya planet cuma ada 8. Pertanyaannya, siapa sih yang dibohongi selama ini?
Ada suatu negara yang menemukan sebuah planet yang terbangun atas konstruksi berlian. Dapat dibayangkan, dengan memiliki planet berbahan dasar berlian, negara tersebut otomatis dapat membeli sebuah planet baru dan seisinya bukan??
Sebuah sentilan, negara kita sudah bisa ngapain aja hari gini? Inovasi apa aja yang sudah diciptakan? Penemuan besar apa yang sudah ditemukan? Dan langkah dahsyat apa yang sudah kita ambil selama ini??
Saya tertawa terbahak-bahak, tanpa sadar air mata meleleh di pipi. Hahahaa sungguh menyedihkan yah negara kita ini. Miris hati rasanya.
Kita cuma bisa menonton negara-negara lain berinovasi, kita cuma bisa manggut-manggut aja mengutip berbagai teori keilmuan dari negara lain, tanpa mengkritisi lebih lanjut. Kita cuma bisa terpukau, terkagum-kagum akan perjalanan ke bulan oleh Amerika dan sejumlah negara lainnya. Kita cuman bisa berdiskusi heboh menyaksikan kemajuan China yang spektakuler. Ya, cuman bisa diskusi kosong, mengutip teori-teori hebat, dan memakai produk jadi. Itulah.
Hukum yang melandasi negara ini, perundang-undangan, semuanya disunting dengan adaptasi seperlunya dari undang-undang Belanda. Yang sekarang terlihat, tidak semuanya cocok dengan kondisi bangsa yang unik. what else??

Kita, mahasiswa/mahasiswi, disebut sebagai agent of change. Agen perubahan! Wow, betapa kerennya. Perubahan memang harus dimulai dari sekarang, dari generasi muda, dari lingkungan terdekat kita, dan dari hal yang paling remeh. Gak usah muluk-muluk pengen bikin senjata nuklir, gak usah gembar-gembor bicara soal global warming, kalau kamu dan lawan bicaramu merupakan partisipan sejati kerusakan global! Itu munafik namanya yah?
mulai aja dari hal paling remeh sekalipun, asal konsisten pasti berdampak besar buat masa depan. entah masa depanmu atau orang lain.
jangan lagi terpaku dengan antologi-antologi yang kaku, perhatikan aksiologinya! Pelajari daerah sekitar rumahmu dan ciptakan penyelesaian yang memang sesuai dengan kondisi (baik kultur, geografis, maupun latar belakangnya) daerah tersebut. Jangan copas daerah lain, beda hasilnya!

Okee, at least happy trying universe :))
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar